"Kejadian seperti ini hanya ada di Indonesia, film dan teater saling terpisah dan jalan sendiri-sendiri. Kalau di luar negeri, itu adalah satu hal yang saling melengkapi," ungkapnya.
Slamet melanjutkan, di Indonesia, tiga unsur dalam seni peran telah dipisah-dipisah. Padahal, seharusnya ketiganya menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur itu adalah teater, televisi, dan film.
"Bagaimana bisa berakting dengan baik kalau dramaturgy (seni tentang komposisi dramatik dan representasi elemen utama drama di panggung, Red) saja tidak paham. Kalau orang teater, mereka kebanyakan hanya berpikir soal dramaturgy tanpa melihat teknologi sudah berkembang," jelasnya.
Kalau ketiga unsur tersebut tidak disatukan, lanjut dia, s
ampai kapan pun dunia seni peran di Indonesia tak akan mencapai kemajuan yang sebenarnya.