Aksi Shanty dalam film The Photograph cukup memukau. Penyanyi bersuara serak itu berakting total. Mulai adegan sedih, marah, sekaligus bahagia. Di antara 126 scene, Shanty terlibat sepenuhnya dan lebih sering beradegan sedih.
Shanty mengaku harus bekerja keras untuk menjiwai perannya sebagai Sita, seorang pekerja seks komersial dan penyanyi pub dalam film The Photograph.
"Medannya susah, 'setting'-nya susah banget, rumah, pasar, rel kereta api, panasnya minta ampun, menguras tenaga dan fisik. Tapi aku bela-belain kerja maksimal," kata Shanty di Jakarta.
Salah satu yang melelahkan dalam film besutan sutradara Nan Achnas ini adalah adegan dia berlari di lintasan rel kereta api saat di kejar Suroso, germo (Lukman Sardi) yang kemudian ditolong oleh Johan (Lim Kay Tong).
Untuk kategori adegan yang paling sulit dilakukan, Shanty punya dua. Pertama, ketika Johan meninggal, Shanty harus benar-benar menunjukkan duka mendalam. "Untuk adegan itu, aku tahan emosi 12 jam. Mulai jam delapan pagi, baru syuting jam delapan malam hanya untuk adegan itu saja," terangnya usai press screening di Djakarta Theatre kemarin.
Adegan tersulit kedua adalah saat Sita diperkosa tiga pria mabuk. Shanty dibanting-banting. Kedua tangannya dipegangi dan ditindih salah seorang di antara mereka. "Aku merasa geli aja, padahal ekspresiku harus benar-benar bagus," ungkapnya.
"Soal karakterku, aku kan tidak pernah menjadi PSK dan tidak pernah diperkosa, akhirnya ya `on the spot` aja berakting, tapi observasinya aku diskusi dengan sutradara," kata Shanty yang dalam film ini beradu peran dengan seorang aktor kawakan asal Singapura, Lim Kay Tong.
Untuk adegan-adegan sulit sebagai Sita itu, Shanty tiga hari tidak mau diajak berbicara. Tidak terima telepon, tidak SMS, dan tidak membaca koran atau majalah. "Istilahnya, aku menutup diri dari dunia luar. Entah itu metode yang benar atau nggak untuk fokus akting. Tapi, insting saja karena setelah itu aku bisa fokus," kisahnya.
Bermain bersama Lim Kay Tong, bagi Shanty merupakan hal yang menyenangkan, pasalnya di negeri asalnya Lim adalah guru teater.
"Dia lebih jago daripada aku, akhirnya aku sampaikan pada Lim bahwa aku masih sangat baru di dunia akting, jadi tolong bantu aku," demikian Shanty.
Shanty mengaku harus bekerja keras untuk menjiwai perannya sebagai Sita, seorang pekerja seks komersial dan penyanyi pub dalam film The Photograph.
"Medannya susah, 'setting'-nya susah banget, rumah, pasar, rel kereta api, panasnya minta ampun, menguras tenaga dan fisik. Tapi aku bela-belain kerja maksimal," kata Shanty di Jakarta.
Salah satu yang melelahkan dalam film besutan sutradara Nan Achnas ini adalah adegan dia berlari di lintasan rel kereta api saat di kejar Suroso, germo (Lukman Sardi) yang kemudian ditolong oleh Johan (Lim Kay Tong).
Untuk kategori adegan yang paling sulit dilakukan, Shanty punya dua. Pertama, ketika Johan meninggal, Shanty harus benar-benar menunjukkan duka mendalam. "Untuk adegan itu, aku tahan emosi 12 jam. Mulai jam delapan pagi, baru syuting jam delapan malam hanya untuk adegan itu saja," terangnya usai press screening di Djakarta Theatre kemarin.
Adegan tersulit kedua adalah saat Sita diperkosa tiga pria mabuk. Shanty dibanting-banting. Kedua tangannya dipegangi dan ditindih salah seorang di antara mereka. "Aku merasa geli aja, padahal ekspresiku harus benar-benar bagus," ungkapnya.
"Soal karakterku, aku kan tidak pernah menjadi PSK dan tidak pernah diperkosa, akhirnya ya `on the spot` aja berakting, tapi observasinya aku diskusi dengan sutradara," kata Shanty yang dalam film ini beradu peran dengan seorang aktor kawakan asal Singapura, Lim Kay Tong.
Untuk adegan-adegan sulit sebagai Sita itu, Shanty tiga hari tidak mau diajak berbicara. Tidak terima telepon, tidak SMS, dan tidak membaca koran atau majalah. "Istilahnya, aku menutup diri dari dunia luar. Entah itu metode yang benar atau nggak untuk fokus akting. Tapi, insting saja karena setelah itu aku bisa fokus," kisahnya.
Bermain bersama Lim Kay Tong, bagi Shanty merupakan hal yang menyenangkan, pasalnya di negeri asalnya Lim adalah guru teater.
"Dia lebih jago daripada aku, akhirnya aku sampaikan pada Lim bahwa aku masih sangat baru di dunia akting, jadi tolong bantu aku," demikian Shanty.